Cerpen Baru!!
Halo kawan-kawan pembaca setia blog gue!!! (siapa?) 
Ini merupakan postingan pertama gue di awal tahun 2014 and there was so many changing in my life 
Dimulai dari pengalaman gue pkl, draft novel gue yang hampir jadi (amiiin), dan hiks...
Alhasil gue membuat cerpen ini. Ini bener-bener cerpen karena gue nggak pernah bikin cerita sependek ini. Emang sih ini cerpen berbau curhat-curhat gue juga dan ini yang sering gue bayangin kalau.... ya gitu lah. Maap ya pembukanya pendek banget soalnya ada kecoa di depan mata gue ini 
Silahkan dibaca guys
Menunggu
Rana Auliani
Menunggu.
Menunggu. Oke, gue emang lagi nungguin lo, Ren..
Pikir orang ini.
Lo
kira enggak lama apa gue nungguin lo? Lihat noh sepatu gue dari mengkilat
sampai burem ketutup debu saking lamanya gue nungguin lo! Mana opening
ceremony nya mulai satu setengah jam
lagi! Keluhnya lagi.
Tas kecil birunya
digenggam erat. Baju yang ia kenakan cukup ‘rapih’ saat ini, memakai short dress putih dengan pita biru
karena akan menghadiri pesta pembukaan perusahaan baru. Rambut pendeknya juga
dijepit samping. Riasan yang menepel di wajahnya serasi dengan bajunya namun
tidak mencolok. Heem, cukup mencuri perhatian juga jika orang yang memakainya
sedang duduk di halte bus yang banyak orang berlalu-lalang melewatinya.
Kampret!
Lama bener ini anak! Katanya tinggal pakai bando tapi dari gelagatnya baru
pakai baju ini orang! Dia terus mengumpat dalam hati.
Tiba-tiba kursi kosong
yang berada di sebelahnya terisi seseorang. Sepertinya diisi oleh cewek yang kondisinya
sama dengan orang ini. Dahinya tampak
mengerut tajam dan wajahnya memerah. Bedanya, cewek ini tidak memakai dress.
Ketika cewek ini menolehkan kepalanya ke arah orang ini, ia mengukir senyum lebar dan menjulurkan tangannya. “Hai,” sapanya hangat. Sementara lawan bicaranya terheran-heran.
“Lo lagi nungguin orang ya? Sama dong! Ngobrol aja yuk biar enggak bosan,” kata
cewek itu. Orang ini hanya berpikir
sejenak mendengar kata-kata cewek ini. Kalau
kata mama dulu, jangan pernah kenalan sama orang asing (apalagi yang
mencurigakan kayak gini)...
Tahu hanya dikacangin,
cewek itu memundurkan kembali tangannya sambil tersenyum salah tingkah.
“Hehehe... Lo nggak mau ya? Ya udah deh, gue aja yang mengenalkan diri buat lo.
Nama gue Gina,” Cewek yang bernama Gina ini terus tersenyum ke orang itu.
Buset,
ini orang gampang banget kenalan sama orang asing. Jangan-jangan tukang
gorengan deket sini juga udah kenal kali ya sama dia?
“Gue lagi nungguin
pacar gue nih..” kata Gina memulai. Aduh,
perasaan gue enggak enak nih, batin orang
ini.
“Tahu nggak? Hampir 6
bulan gue pacaran sama dia dan pas mau jalan keluar, selaluuu... aja dia ngaret
kayak gini! Sebel banget! Enggak tahu apa
gue kepanasan nungguin dia,
kelaperan, tapi dia php banget! Bilangnya on
time, nyatanya out of time!” ucap
Gina panjang lebar. Hadeeh, bener kan. Dia pasti mau curhat, pikir orang ini.
Sebetulnya si Gina-Gina
ini tuh tipikal orang-orang cerewet sih. Pakaiannya cewek banget, pinky bos! Belom lagi wanginya kayak
botol parfum tumpah. Sumfeh, wangi
banget! Giginya juga dibehel warna pink, itu aja udah dipager masih cerewet
kayak bebek di kampung gue! Pikir orang
ini.
“Gue udah sabar-sabar
ya, dihina temen-temen sekelas gue. Katanya ‘Punya pacar diurus dong, jangan pecicilan mulu kayak kambing! Emang
enggak punya tali apa!’. Yang gue enggak habis pikir, apa hubungannya coba: pecicilan sama kambing?! Sebel banget
gue!” kata Gina nyerocos terus. Oh,
pantes. Masih SMA rupanya, pikir orang
ini.
“Dia sih emang ganteng,
tajir lagi! Beda umur juga jauh banget, sayang tingkahnya kayak anak SD. Dia
tuh enggak malu main ke sekolah gue, sok-sok ngerokok bareng temen-temen gue
yang ngerokok di belakang kantin, dan hebatnya enggak pernah kejaring satpam
sekolah gue!” Gina terus berbicara. “Padahal gue udah sering bilang, ‘kalau mau
main bilang dulu ya, biar aku cepet-cepet pulang.’ Tapi dia enggak anggep gue
sama sekali! Jahat banget kan?”
Orang
ini
masih terdiam.
“Yaa, gue tau dia
mungkin anggep gue cuman piece of cake
dalam kehidupan dia. Mungkin dia pernah ketemu orang yang lebih perfect daripada gue but helloow? I’m here, Bro! Cewek lo tuh mana ya?” Gina menyibakkan tangan
kanannya. Entah dia berkata ‘hello’ ke siapa.
“Lo udah bisa tebak
kan, kira-kira cowok gue kayak gimana?” tanya Gina ke orang ini. Namun orang ini
tidak berkata apa-apa, hanya mengangguk sekali.
“Kan! Pasti mudah
ketebak deh! Dimana-mana tuh cowok sama! Tukang bohong lah, kurang ngasih perhatian lah, huft! Jadi haus nih,” Gina merogoh
sesuatu dari tasnya yang berwarna pink polos dan mengeluarkan botol minum bening
dengan tutup warna pink. Astaga, apa cewek ini pinky maniak?! Seru orang ini
dalam hati.
Setelah meneguk
beberapa liter (mungkin), ia mengelap mulutnya dengan lengan cardigan pinknya
yang terang. Ia menaruh kembali botol itu ke tempatnya. Gina tidak menoleh ke
arah orang ini, ia hanya menarik
napas panjang lalu kembali bercerita.
“Gue inget dia pernah
cerita katanya punya mantan yang enggak cantik but what she does and she thinks mesmerize him.. Lo punya pacar,
nggak?” tanya Gina tiba-tiba. Orang ini
hanya menggeleng.
Hening sejenak. Gina
sedang berpikir apa lagi yang ingin ia katakan sampai...
“Nama cowok lo siapa?”
Akhirnya orang ini bersuara. Gina
tampak terpukau saat mendengar suara orang
ini.
“Oh! Tadi sempet gue
kira lo bisu, ternyata lo bisa bicara juga ya ahahah... Nama dia Leo.” jawab
Gina jujur sambil tertawa. Kampret! Seru orang
ini dalam hati. Sebegitu diamnya kah gue?
Orang
ini memalingkan wajahnya dari Gina dan menunduk ke aspal trotoar. Sementara
Gina terus berceloteh.
“Gue inget kenal Leo
dari kakak gue. Kakak gue emang punya banyak koneksi, dan akhirnya dia ngenalin
Leo ke gue. Pas pertama kali kenal, gue mikir: ‘Gile, cakep banget ini cowok.
Kalau gue bawa buat gandengan ke mall juga kagak bakal malu-malu in ya. Mana
tajirnya bukan main.’ Gitu. Eh, sialnya ternyata manis di awal doang. Mana gue
enggak berani marah-marah lagi di depan dia karena gue selalu lose control kalau di deket dia. Gilee,
daya pikatnya kayak magnet kutub utara selatan, Bos! Beeuh! Baru pertama kali deh gue punya pacar kayak dia!” ujar Gina
dengan semangat api kebakaran. Tapi orang
ini diam saja.
Tiba-tiba HP yang
sedang digenggam Gina berbunyi keras. Yap, ada telepon masuk.
“Halo?” Gina
melanjutkan sesi pembicaraannya di telepon. Gile, Rena kapan sampainya nih?!
Bisa-bisa kuping gue budeg permanen kalau terus disini sejam ke depan! Kata orang ini dalam hati dan kepalanya sibuk
mencari-cari mobil sedan berwarna silver.
“Apa?! Masih di rumah?!
Katanya udah jalan? Cepetan ih, Gina laper..”
bujuk Gina seperti pada mamanya. Entah bener
mamanya atau bukan tapi kalau diteliti baik-baik sih itu si Leo. Orang ini tetap terdiam.
Gina menekan tombol
putus di HP-nya dengan kasar. Kepalanya langsung menoleh ke orang ini dan terlihat ekspresi di
wajahnya berubah.
“Denger, kan? Katanya dia masih di rumah! ER-U-EM-A-HA! Rumah!
Hadeeh, padahal gue udah nungguin dia sampe
dua jam! Em... sebetulnya dua jam sambil make
up di rumah sih... Tapi lo bayangin dong? Kesel, nggak?! Kayak nungguin hujan di musim kemarau tau
enggak! Masih mending deh hujan ada pawangnya, lah ini?” seru Gina dengan nada
tinggi. Ya kalee pacar lo mau di
pawang-in, pikir orang ini.
“Gue enggak abis pikir,
mungkin kalau gue bikin novel tentang Leo, bisa kayak Twilight Saga part-part an kali ya? Bakalan banyak
banget curhat gue?”
Dalam hati orang ini berkata: EMANG!!! GRRR....
Gina mencari sesuatu
dari dalam tasnya dan ia mengeluarkan bedak compact
yang terkenal berwarna pink itu! Hadeeeh, besok gue buta warna pink udah ini,
pikir orang ini. Gina menatap dahinya
dari cermin bedak compact itu, turun
ke hidungnya lalu pipinya... Sampai ia berujar. “Tuh kan, make up gue mulai luntur gara-gara nungguin dia! Padahal gue make up juga buat dia tapi dia kok
enggak ada pekanya sama sekali sih?! Hiiih!” Gina merubah sudut view ke bibirnya kemudian memonyongkan bibirnya sebentar di depan
cermin. Orang ini bingung
memerhatikan Gina sambil terus berteriak dalam hati: TOLONG AKU, EMAAAK!!
“Lo masih laper?” tanya
orang ini tanpa memandang Gina. Gina
yang sedang asyik bercermin, langsung menolehkan kepalanya ke arah orang ini. Orang ini terdiam sebentar, tangannya menunjuk ke arah rumah makan di
seberang jalan yang menjual bakso.
“Tuh, makan sebentar di
situ. Mumpung pacar lo belom dateng,” kata orang
ini. Suasana sore ini memang cukup mendung dan sangat pas jika ditemani
semangkuk bakso panas. Gina menatap orang ini tidak percaya.
“Hah? Lo nawarin gue makan bakso?” tanya Gina. Orang ini berpikir: gue kan enggak nawarin tapi nyuruh dia makan disitu? kemudian
mengangguk.
“Wah! Lo persis banget
kayak Leo! Dia tuh kalau laper pasti nawarinnya bakso!” pekik Gina sedikit
heran. Orang ini terdiam. Padahal
niat gue nyuruh gitu kan biar dia pergi dari sini, pikirnya.
Tiba-tiba mobil Avanza
hitam berhenti di depan mereka. Keluar seorang laki-laki yang tak ayal sangat
dikenal Gina dari mobil itu. Kaus abu-abu dan celana jeans biru sangat pas di
badannya yang tinggi tegap, berkulit putih dengan potongan rambut yang pendek,
sosok itulah yang menghampiri Gina. Cowok itu tersenyum ke arah Gina, tangannya
melepas kacamata hitam yang menutupi matanya. Orang ini tertegun.
“Udah lama nungguin,
ya? Maaf, tadi aku makan sebentar, belum makan siang. Kamu masih laper, nggak?”
tanya cowok atau kita sebut saja Leo dengan manis. Gina menggeleng dengan
cepat.
“Tenang aja kok, aku
udah makan,”
Tadi katanya dia laper,
kok di depan pacarnya enggak minta sih? Tanya orang ini heran dalam hati. Gina menoleh ke arah orang ini kemudian menarik Leo mendekatinya. Orang
ini menundukkan kepalanya.
“Leo, kenalin ini teman
baru yang nemenin aku di sini dari
tadi,” Gina mengenalkan orang ini
tanpa nama. Orang ini menoleh ke arah
Gina dan Leo dengan slo-mo yang
sangat pelan. Oke, agak lebay. Tapi senyum Leo untuk orang ini langsung pudar ketika melihat siapa yang ada di
hadapannya. Orang ini membangkitkan
badannya yang hanya sedagu Leo tingginya.
“Hai, Leo,” sapa orang ini ramah. Leo membeku di
tempatnya.
Gina melihat
pemandangan ini dengan bingung. Ia baru pertama kali melihat Leo bermuka pucat
seperti itu di hadapannya. “Leo? Kamu kenapa?” Gina menatap Leo yang tidak
menatapnya.
Orang
ini
tersenyum ke arah Gina tapi kembali lagi ke Leo. “Leo, kita sudah lama tak
bertemu. Lo memang benar-benar mendapatnya.
Lo mendapatkan yang lebih baik daripada gue, seperti yang dulu pernah lo
bilang. Selamat ya.” kata orang ini dengan
halus. Leo yang sempat terdiam, mendadak tersenyum kikuk.
“Iya. Kamu tampak
cantik sekali hari ini,” pujinya tiba-tiba. Leo tampaknya bingung harus
berbicara apa sampai-sampai hanya bisa memuji.
“Dari tadi Gina
bercerita terus tentang lo. Gue sempat mengira itu benar-benar kamu, tapi gue membuang pikiran itu jauh-jauh. Banyak
kan orang yang bernama Leo di dunia ini? Gue juga ingat lo pernah bilang, lo tidak suka gue karena gue terlalu
dewasa, kan? Untungnya lo mendapat Gina,” Orang
ini berkata panjang lebar ke arah Leo. Leo tersenyum ke arah orang ini. Sekilas, senyum itu nampaknya
keluar dari hati.
“Leo?” Gina menatap Leo
tidak percaya. “Apa dia yang kamu
bilang? Mantan kamu itu?” Sementara Leo hanya tersenyum jail.
“Iya.”
“Siapa bilang, gue
mantannya?!” tanya orang ini tidak
terima. “Gue dan Leo itu hanya teman SMA. Meskipun kita memang sempat dekat..
Tapi dia tidak menyukai gue.” lanjutnya. Leo tersenyum pasrah.
“Udah ya. Gue ada acara
hari ini dan jemputan gue udah dateng. Bye!
Langgeng ya kalian berdua!” Orang ini
berlari menghampiri mobil sedan silver di seberang jalan. Pandangan Leo terus
mengikuti arah orang ini berlari
sampai akhirnya menghilang bersama mobil itu. Ya, karena menunggu itu hal yang
melelahkan apalagi harus seperti tadi.
2 comments
Ceritanya asik.. Gina tuh bawel banget ya.. Keep writing!! ^^
ReplyDeleteHahaha bawel bgt bgt dia emang :D Oke siap!
Delete