CERPEN BARU! xD

by - 9:47 AM


Gue bikin cerpen nih, hasil 'kelewatan' gue waktu pelajaran Organik dan Matematika. hehe. karena biasanya gue pelajaran Organik sering ketiduran makanya mendingan gue bikin cerpen kan dari pada gue tidur? -_-

Ini foto-foto bukti kekerasan gue terhadap penyelewengan di dalam kelas.





Ya sudah lah tidak perlu berbasa-basi, silahkan baca cerpen nya!


Miscommunication
Rana Auliani



“Ih, jalannya jangan cepat-cepat dong!” Melly menginjak-injak lantai dengan kesal sambil menekuk wajahnya. Apri yang tadinya lagi berjalan (cepat), langsung memberhentikan langkahnya.
Apri berbalik lalu melipat kedua tangannya. “Terus, gue harus jalan selambat apa, Ms. Melly?” tanya nya dengan tatapan nyeleneh.
Melly langsung memonyongkan mulutnya. “Ya.. Pokoknya jangan cepat-cepat!” jawab Melly kesal.
Apri hanya mengangkat kedua bahunya lalu berjalan kembali meskipun tidak secepat sebelumnya. Melly terus mengumpat dalam hati. Gile, dikutuk apa gue, sampai punya pacar sebegini jahatnya? Tanya Melly dalam hati. Padahal gue udah berusaha romantis, eh malah dikira sakit. Dia kan dulu nembak gue romantis banget kayak Brad Pitt deh pesonanya! Aduh, tapi giliran udah diterima malah begini!
“Lo mau makan apa?” tanya Apri. Melly langsung sok mikir. Makan apa ya?
“Hem.. Makan di tempat yang murah aja deh. Menurut lo gimana, Pri?” tanya Melly balik. Apri langsung berpikir lalu tersenyum.
“Gue tau ke mana! Ke.... Pos Satpam sekolah kita aja! Pak Asep baik kok! Sering ngasih gue ceker ayam! Gimana?” tanya Apri semangat. Melly kelihatan ogah banget dengan ide nya Apri.
“Ih! Masa mau makan di situ sih? Mendingan gue makan sama kucing gue!” seru Melly. Mata Apri menyipit.
“Ya udah, sana!” seru Apri kemudian berjalan menjauhi Melly. Hah? Udah berapa kali dia kayak gitu sama gue? Apa jangan- jangan.. Dia udah mulai nyeleweng? Karena Melly udah mulai merasa ‘nyesek’, dia bergegas berlari ke depan, pagar sekolah. Pos satpam yang sering jaga di sana, Pak Asep kebingungan melihat Melly yang sibuk menyeka air matanya.
“Lho? Neng? Belom pulang?” tanya Pak Asep. Melly menoleh ke Pak Asep.
“Ngapain, neng? Kok bengong aja?” tanya nya lagi.
Melly mencoba tersenyum tapi terlihat di wajahnya, ia mempunyai ide aneh. “ Nggak ngapa-ngapain kok, Pak. Cuma pengen buang ingus aja. Srutt!” Melly spontan membuang ingus dan kabur ke luar sekolah.
“Astagfirullah.. Neng, neng. Jorok amat sih, bikin pemandangan depan pos saya rusak aja...”
***

Melly menggenggam HP nya sambil memasang muka lecek. Dia sedang menelepon sahabat yang katanya sahabat karib, bukan teman karib lagi.
“Lagian lo nya juga sih, kebanyakan nuntut!” seru Fida, lawan telepon Melly di seberang. Melly berpura-pura terisak-isak.
“Lo gimana sih! Bukannya dukung gue, malah dukung Apri! Kan gue nggak ada barengannya nih..” balas Melly.
“Ya.. Emang lo nya yang salah. Dikit-dikit ngambek, terus kalian berdua sering salah paham. Sama aja  kayak kambing pacaran sama jerapah tau nggak! Sama-sama makan daun tapi berbeda. Lo berdua itu kayak gitu!” omel Fida panjang lebar.
“Fida. Jangan kebanyakan ngomel. Bantuin gue dong. Gue jadi nggak percaya sama dia nih...” kata Melly cemas. Fida terdengar sedang berpikir.
“Oke, gini aja...”
***

Apri yang sedang asyik memakan mie ayam di kantin, dikagetkan oleh Melly. “Apriii!!!” panggil Melly.
Apri spontan menyemburkan makanannya yang tadi ia kunyah. Melly sudah duduk di depannya sambil tersenyum manis. Apri yang tersedak langsung minum es teh di depannya.
“Ngapain lo kagetin gue? Udah sampai suapan terakhir juga!” seru Apri marah-marah ke Melly. Melly hanya senyum-senyum. Apri jadi bingung.
“Ngapain lo senyum-senyum?” tanya Apri aneh. Melly langsung membetulkan posisi duduknya.
“Emm... Gue cuma mau ngomong sebentar sama lo, nanti habis pulang sekolah. Gimana?” usul Melly. Apri memasang muka bete nya.
“Nggak.” jawab Apri cepat lalu mengambil es teh nya di samping mangkuk mie ayamnya. Melly jadi ikutan bete.
“Ya udah deh. Terserah.” Kata Melly lalu beranjak meninggalkan Apri. Melly berjalan kesal ke arah kelasnya. Anjir kali. Ini cowok tambah-super-ngeselin aja! Emang sih, mungkin permintaan gue terlalu nuntut dia habisnya dia ada jadwal futsal hari ini. Tetep kan dia lebih milih bola dari pada gue!? Mission absolutely failed.
***

Esoknya, Melly berjalan riang ke arah kelas Apri yang letaknya di dekat lapangan. Dia berjalan ke sana sambil membawa tas kecil berisi sekotak nasi bekal yang ‘rencana’ nya mau dikasih buat Apri dan diakui sebagai hasil masakannya. Padahal sih, itu Bi Imah, pembantu Melly yang masak.
Di dekat kelas Apri, langsung terlihat banyak anak cowok yang main basket di lapangan. Cowok-cowok kece itu merupakan gabungan dari semua kelas meskipun enggak semuanya anak angkatan Melly. Sorot mata yang dikenal Melly berada di tengah lapangan dan sedang men-dribble bola. Aduh, Apri ganteng banget sih! Enggak sia-sia emang, gue jadi pacarnya! Jerit Melly dalam hati.
“Apri!” panggil Melly dari pinggir lapangan. Tapi sayang seribu sayang, Apri ogah banget memalingkan fokusnya dari bola. Ya pasti lah, dia lagi dribble bola.
Melly yang kesal telah diacuhkan, mencoba memanggil Apri kembali. Ya, iseng-iseng berhadiah gitu, siapa tau dia nengok.
“Apri!” seru Melly lagi saat Apri siap-siap ingin menerima operan bola dari temannya. Apri yang kaget dipanggil, langsung mencari suara Melly itu. Tiba-tiba bola jingga kecoklatan itu langsung menubruk kepala  Apri. Semua kaget termasuk Melly. Apri yang terjatuh, langsung mencoba bangkit lagi.
“Sorry, bray. Gue ngoper nya kelewatan!” seru pelaku pembuat memar kepala Apri itu.
“Hahaha, iya-iya. Tadi gue juga sempet bengong kan,” jawab Apri. Melly yang khawatir langsung duduk di samping Apri.
“Apri! Lo nggak apa-apa, kan? Lo nggak sesak nafas, kan? Kepala lo baik-baik aja, kan? Lo nggak kena amnesia, kan?” tanya Melly khawatir. Apri yang masih memegang kepalanya langsung menatap Melly datar.
“Pertanyaan lo kayak gue udah mau dipanggil Yang Maha Kuasa tau nggak?! Enggak! Gue nggak baik-baik aja!” jawab Apri ketus. Melly langsung tersenyum kecut.
“Udeh, lo nggak usah main dulu. Lagian muka lo babak belur gitu kayak habis tawuran,” komentar teman Apri. Apri hanya mengiyakan dengan sedikit kesal. Melly langsung tersenyum senang. Ketika teman-teman Apri sudah mulai bermain lagi, Melly langsung mengeluarkan kotak bekal dari tas kecil yang tadi ia bawa.
“Hem, bagus kan. Sekarang kita bisa berduaan. Hihi..” kata Melly sambil tersenyum senang. Apri hanya berdehem mendengar perkataan Melly.
“Nih, gue bawain bekal. Kan lo sering nggak makan di sekolah tapi lo sering main basket kalau istirahat. Gue kan nggak tega lihatnya,” kata Melly sambil tersenyum manis dan membuka kotak bekalnya.
“Itu pembantu lo yang masak?” tanya Apri datar sambil menunjuk nasi uduk + ayam goreng + sambal terasi + lalapan dan plus-plus lainnya seperti 7 macam kembang yang dijadikan hiasan bekalnya.
“Enggak lah! Ini gue dong yang masak! Gue bangun pagi buat bikin beginian termasuk mencari bunga buat hiasannya!” kata Melly mengelak.
“Lo pake bunga-bunga segala? Lo kira gue kambing makannya bunga?” tanya Apri datar.
“Yee.. Ini namanya tanda rasa sayang. Gimana sih! Lo enggak ada romantis-romantisnya!” seru Melly kesal. Apri hanya memutar bola matanya sambil menghembuskan nafasnya.
“Nih, makan. Aaaa...” kata Melly sambil membawa sendok berisi ayam goreng dan nasi uduk nya ke arah mulut Apri. Apri langsung mengambil sendok itu.
“Gue bisa makan sendiri,” Apri hanya menyuapkan nasi itu ke mulutnya. Melly langsung bete. Tiba-tiba muka Apri terlihat datar sebentar, lalu berpikir sambil menahan kunyahan makanannya.
“Kenapa, Pri?” tanya Melly bingung. Oh iya, ada satu fakta lagi. Apri nggak suka dipanggil pakai kata ‘sayang’, ‘yang’, apalagi ‘beb’. Katanya dia anti dipanggil begitu soalnya geli aja. Begitu kata Apri. Terus Apri mengancam Melly kalau sampai dipanggil kayak begitu lagi, tidak segan-segan Apri mencari kecoa terus dimasukkan ke dalam tas nya Melly.
“Oh. Gue tau. Ini Bi Imah yang masak,” komentar Apri lalu melanjutkan kunyahannya lagi. Melly langsung memasang muka bete lagi dan melihat-lihat ke arah lapangan. Tiba-tiba terlihat seorang cowok tinggi yang sibuk men-dribble bola basket. Widiiihh.. Keren banget itu orang! Kayaknya dia murid pindahan deh soalnya gue enggak pernah lihat dia, pikir Melly.
Saat si cowok sudah mengoperkan bola ke temannya, dia menyeka keringat di dahinya kemudian menoleh ke arah Melly. Ups! Mampus! Gimana nih gue sekarang? Lagi cakep nggak ya? Ada coretan pulpen nggak ya di muka gue? Melly terus bertanya pada diri sendiri sampai akhirnya Melly sadar kalau cowok itu lagi tersenyum melihat Melly. Aduh, gue bisa salting nih! Seru Melly panik dalam hati.
“Kenapa lo?” tanya Apri datar. Melly tersadar dari ‘kepanikan’ nya. Wah, nyaris aja gue nyeleweng! Gile aja kalau kejadian, sama aja gue enggak konsisten dong?
“Enggak kenapa-napa. Hehe. Gimana? Enak kan bekal nya?” tanya Melly mengalihkan topik pembicaraan.
“Hm.. Ya. Setidaknya gue enggak langsung sakit perut habis makan makanan lo,” jawab Apri lalu meneguk air minum dari botol minum Melly.
“Oh, gitu. Palingan besok sakit perutnya, hehe. Kalau gitu, udah ya...” kata Melly sambil beranjak meninggalkan Apri setelah membereskan bekal makan nya.
***

“Eits, hati-hati loh! Muka lo itu enggak biasa, Mel! Bisa-bisa cowok itu terpana sama lo!” seru Fida sambil berjalan di sebelah Melly. Mereka berjalan ke luar pintu kelas bersama-sama karena saat ini sudah waktunya istirahat siang.
“Ih, apa an sih? Kan gue mau konsisten sama Apri! Meskipun Apri emang jahat banget tapi dia itu kan pacar gue!” elak Melly. Fida berdecak heran.
“Ck ck ck.. Nih ya. Lo enggak bisa menganggap enteng masalah lo! Kalau dugaan gue ternyata bener, gimana?” tanya Fida.
Melly langsung berpikir. Tapi enggak mungkin deh, cowok seganteng cowok kemaren suka... eh maksudnya terpana sama gue! Meskipun Apri aja bisa gue taklukkan sih.. tapi.. “Kayaknya nggak mungkin deh, Fid.” kataku lagi. Fida hanya menghembuskan nafasnya.
Saat ini, mereka berdua sedang ada di depan kelas mereka. Melly yang tadi salting ketemu ‘cowok tak dikenal’ tadi, langsung ngoceh panjang lebar ke Fida. Fida yang  mendengarkan curhat Fida hanya bisa berdecak heran dan menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di depan mereka, si cowok itu!
“Hai.” kata cowok itu ke Melly. Melly bingung, heran dengan tingkah anak itu.
Cowok itu jadi salah tingkah kemudian tersenyum lalu mengulurkan tangan kanannya. “Maaf, gue mungkin bikin lo bingung dengan kehadiran gue. Kenalin, gue Dika,”
Melly berpikir sebentar. Melly tersenyum dan menjabat tangan Dika. “Melly. Iya, gue emang bingung sama kehadiran lo di sini. Lo anak baru ya?”
Dika berpikir sebentar sambil tersenyum simpul. “Iya. Bisa dibilang begitu. Gue baru masuk sekolah ini tadi pagi, hehe..” jawab Dika sambil tertawa kecil. Melly hanya ikut tertawa. Fida bingung melihat keakraban Melly dengan Dika.
***

Pulang sekolah, Melly pulang bareng Apri. Seperti biasa, mereka berjalan tidak sebelahan tetapi jauh-jauhan. Apri juga memimpin jalan Melly di depan. Melly hanya menekuk muka mengikuti langkah Apri yang cepat. Tiba-tiba Melly dicegat Dika dari arah samping kanannya.
“Pulang sekolah, Kak?” tanya Dika. Yap, seperti yang bisa ditebak, Dika itu adik kelas Melly, kelas X sedangkan Melly dan Apri duduk di kelas XI.
“Hem.. Bisa dibilang gitu,” jawab Melly bete. Gile, mood gue udah jelek banget nih gara-gara Apri selalu jalan meninggalkan gue! Seru Melly dalam hati.
“Kenapa muka lo kusut banget, Kak? Biasanya kan orang kalau mau pulang ke rumah mukanya seger,” komentar Dika. Yah, harusnya gitu tapi kalau Apri cuek in gue sepanjang hari sih, sama aja bikin badmood! Keluh Melly.
“Mel! Jalannya yang cepet dong!” bentak Apri. Melly yang tersentak kaget, langsung berlari mendekati Apri yang sudah berdiri lumayan jauh darinya.
Apri langsung menarik lengan Melly dan berjalan lagi seperti biasa. Mereka berdua baru melewati lorong kelas dan akan segera sampai di parkiran motor.
“Itu pacar lo?” tanya Apri datar. Melly bingung mendengar kata-kata Apri.
“Pacar? Nggak salah tuh?” tanya Melly bingung. Kalau gitu, selama ini dia menganggap gue siapa nya dia?
“Hem.. Iya kan? Dia emang cocok sama lo,” kata Apri lagi. Lho? Kok?
“Gimana sih lo? Harusnya lo itu cemburu dong! Bukannya malah dukung gue sama orang lain! Dasar bodoh!” seru Melly. Apri bingung.
“Ngapain gue cemburu? Emang gue siapa lo? Kita cuma temenan kan? Nggak lebih?” tanya Apri mengkonfirmasi.
“Ih.. kita kan pacaran! Gimana sih!” seru Melly kesal. Apri kaget pertamanya kemudian tertawa hebat.
“Hahaha, pacar dari mana? Lo itu tuh temen gue! Lo ini ya, kelewatan banget mikirnya!” seru Apri menahan tawa. Melly bingung.
“Lho? Kan lo nembak gue waktu itu! Di deket taman belakang sekolah! Lo lupa ya!?” tanya Melly nggak percaya.
“Ih? Apa an? Gue emang nembak lo tapi lo nggak pernah jawab tau! Bikin gue bete tau nggak! Lo payah!” kata Apri. Melly mengingat-ingat. Oh iya, waktu itu saking senangnya, gue minta izin buat lari ke luar komplek terus teriak-teriak dan langsung pulang ke rumah! Aduh, kok bodoh sih!
“Oh iya... Hehe..” kata Melly menahan malu.
Apri menatap wajah Melly sekilas. “Terus sekarang kita apa?” tanyanya.
Melly berpikir sebentar. “Hem... Apa ya?”
***
The-End.

You May Also Like

0 comments

//]]>